right_side

about ME

Foto saya
bjm -mlg (pp)
inilah saia..seorang mahasiswa ilmu komunikasi yang tak pandai berkomunikasi. dan dengan inilah saia menyampaikan ilmu yang saia dapat walaupun blog ini dibuat karrena untuk menuntaskan tugas final test saia.....hehehe :)
In:

Lighting - Pencahayaan

Film crew



Objek dalam karya sinematografi adalah pantulan cahaya. Memang objek yang diambil adalah benda-benda yang kasat mata. Perlu dicatat bahwa benda-benda tersebut tampak berwarna-warni adalah karena bendabenda tersebut memantulkan cahaya. Karenanya, perlu sumber cahaya. Tata cahaya tidak selalu identik dengan tata lampu. Sumber cahaya bisa lampu, bisa matahari. Cahaya matahari bisa langsung, bisa direfleksikan (dipantulkan).

Benda-benda tampak berwarna-warni karena benda tersebut memantulkan gelombang cahaya yang berbeda-beda. Sebelum mempelajari tata cahaya, perlu kita pahami bagaimana terjadinya warna-warna benda tersebut.


Warna Benda
Semua benda memiliki warna, seperti hijau, biru, merah dan lain-lain. Warna-warna tersebut terjadi dikarenakan pemantulan sinar yang datang kearah mata kita. Seperti kita ketahui bahwa sinar putih memiliki spektrum warna yang luas seperti merah, hijau, biru, dan lain sebagainya. Spektrum warna yang tidak diserap oleh benda akan dipantulkan kemata kita dan akan menjadikan warna dari benda tersebut.

Warna Komplementer dan Primer
Kita telah tahu bahwa warna putih merupakan gabungan dari 7 spektrum warna. Akan tetapi kita juga bisa menghasilkan sinar putih hanya dengan menggabungkan tiga sinar warna dengan intensitas yang tepat. Warna tersebut adalah warna yang tidak dapat dihasilkan dengan menggabungkan warna lain, dan disebut dengan warna primer. Warna primer tersebut adalah biru, hijau, dan merah. Pencampuran warna primer tersebut dinamakan pencampuran Additiv.
Untuk mempermudah mengingat hasil pencampuran warna ini, dapat dinyatakan dengan segitiga warna :
















Pencampuran Substraksi Pikmen Warna

Bahan-bahan pemberi warna pada cat, filter, plastik dan zat lainnya disebut pikmen. Umumnya pikmen tidaklah murni, karena ia dapat memantulkan lebih dari satu warna. Pikmen-pikmen tersebut juga dapat kita campur untuk mendapatkan efek warna, pencampuran tersebut dinamakan Pencampuran Substraksi. Warna yang dihasilkan dari pencampuran substraksi disebut warna substraksi, sedangkan warna-warna yang dicampurkan disebut warna adisi. Sebagai contoh kita mengambil pikmen biru dan dicampur dengan kuning, maka hanya sinar hijau yang dipantulkan. Dengan demikian warna yang terlihat di mata adalah warna hijau. Warna biru dan kuning tersebut adalah warna adisi sedangkan warna hijau adalah warna substraksi.



















Filter Cahaya
Perlu diperhatikan bahwa warna benda transparan (misalnya filter cahaya), sangat bergantung pada warna cahaya yang diteruskan. Sedangkan pada warna benda tidak transparan (seperti batu, daun dan lainnya) tergantung pada warna yang dipantulkan. Jadi filter cahaya juga berfungsi sebagai penerus warna-warna tertentu.




















Berikut adalah warna sinar yang diteruskan oleh gabungan dua filter cahaya :




















Teknik Pencahayaan

1. Fungsi Pencahayaan
Dalam kehidupan sehari-hari cahaya berfungsi membantu identifikasi objek oleh indra penglihatan/mata. Di bidang sinematografi pencahayaan memiliki fungsi fungsi berikut:
- menyinari obyek yang akan berhadapan dengan camera,
- menciptakan gambar yang artistik,
- membuat efek khusus,
- menghilangkan bayangan yang tidak perlu / mengganggu.

2. Jenis Cahaya
Penjeniasan cahaya pada sinematografi dan fotografi didasarkan pada fungsi pencahayaan tersebut. Berdasarkan fungsinya jenis cahaya terdiri atas (1) cahaya kunci/cahaya utama (key light), (2) cahaya pengisi (fill light), dan (3) cahaya belakang (back light).

Key light adalah cahaya yang lengsung mengenai objek dan bersifat dominan. Kebanyakan key light searah dengan kamera. Untuk tujuan menciptakan efek tertentu key light dapat ditempatkan di samping kamera sehingga cahaya mengenai sebagian objek.

Fill light adalah cahaya yang berfungsi mengisi. Key light yang mengenai salah satu sisi menimbulkan bayangan di sisi lain. Fill light berfungsi menimpa/menghilangkan bayangan key light. Fill Light juga berfungsi meratakan intensitas sinar pada ruangan. Jumlah fill light biasanya lebih dari satu disesuaikan dengan kebutuhan penghilangan bayangan. Back Light berasal dari belakang obyek, dan biasanya digunakan sebagai pembentuk gambar artistik dan memperkuat kesan (siluet, angker, misterius).

Sumber: Kuliah OnLine

In:

Penyutradaraan Sutradara

Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi.

1. Tugas Sutradara
Tugas seorang sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan suara. Pada umumnya, seorang sutradara tidak merangkap sebagai produser, meskipun di Amerika cukup banyak sutradara yang merangkap produser.
Pada umumnya, apa pun bentuk produksi audio visual selalu terbagi menjadi tiga tahap, yakni:
1) praproduksi,
2) produksi atau shooting,
3) pascaproduksi.

Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau enggel yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor.

2. Rumus 5-C
Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5 –C.

Close Up
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, dia harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya. Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai sebuah film.

Camera Angle
Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot d a n close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan memaksa penonton untuk mengikutinya terus.

Composition
Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional berdasarkan asas komposisi.

Cutting
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor.

Continuity
Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering penonton merasa film yang ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung. Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek kontinuitas dari film yang digarapnya.

3. Unsur Visual (visual element)
Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang (eye contact)

Sikap/Pose
Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario usahakan sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah main sama sekali (tetapi gratis).

Gerakan Anggota Badan
Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan.

Perpindahan Tempat
Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan
pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain.

Tindakan Tertentu
Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan kepada seseorang. Casting di
sini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario. Terkadang dalam proses produksi ada pemain yang mencoba menawar kepada sutradara sehubungan dengan akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua pemain mau meluluskan kemauan sutradara. Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan, pemain diganti atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan produksi film cukup lama karena karena persoalan tersebut? Saat film Boy’s Don’t Cry diproduksi, dilakukan casting yang memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan agar siapa pun yang menjadi pemain film tersebut sesuai dengan keinginan sutradara dan tuntutan skenario.

Ekspresi Wajah
Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh sutradara. Terutama untuk genre film drama, unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Banyak juga film action semacam Gladiator menajamkan aspek ekspresi wajah. Shot-shot close up yang indah dan pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering ditampilkan dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara juga
harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci.

Hubungan Pandang
Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di sini diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan yang ditonton. Untuk membuat shot-shot-nya, biasanya sutradara selalu memberikan arahan kepada pemain film agar menganggap kamera sebagai mata penonton. Dengan cara seperti ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan tercapai. Dengan mengibaratkan kamera sebagai mata penonton, berarti pemain harus berlakon sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera. Dengan demikian, apa pun yang akan dilakonkan pemain seolah-olah ada yang mengawasi, yakni kamera sebagai representasi dari penonton.

Dengan menguasai Rumus 5 C dan Visual Element secara baik dan benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat film menjadi tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan penonton. Di sinilah alasan mengapa sebuah film dianggap sebagai produk komunikasi massa periodik.

Sumber: Kuliah OnLine

In:

Panduan untuk mengembangkan narasi Anda


1. Memperkenalkan situasi

Memberikan konteks cerita Anda dengan menyediakan audiens Anda dengan informasi yang berkaitan dengan waktu, tempat, sejarah dan lokasi. Pemirsa juga harus diberikan informasi yang memotivasi konflik dalam cerita ini.

2. Memperkenalkan karakter

Adalah penting untuk memiliki karakter baik karena hal ini memberikan penampil yang lebih besar untuk sambungan Anda cerita dan oleh karena itu dampak yang lebih besar.

3. Jelaskan konflik

Untuk 'konflik' juga baca: ketegangan, tantangan, motor penggerak, teka-teki, dll heran, dasarnya apa yang membuat minat dan emosi dalam orang menontonnya. Tanyakan pada diri sendiri mengapa Anda tertarik pada film terakhir Anda diingat.

4. Mengembangkan konflik

Membangun ketegangan dalam film Anda mendapatkan Anda dengan pemirsa yang terlibat dalam konflik.

5. Menyelesaikan konflik

Hal ini dapat mengambil bentuk memenuhi berakhir dengan resolusi konflik tersebut dapat diselesaikan atau tidak memberikan jawaban. Dalam promosi video ini dapat mengambil bentuk rekomendasi. Selalu dapat mengetahui efek gambar terakhir Anda telah Anda pemirsa. Pemirsa akan kecewa jika di akhir-akhir ini tidak memuaskan dan tidak memenuhi harapan mereka. Anda tahu pemirsa.

Banyak film yang baik di langkah 1-2 namun gagal dalam langkah 3-5.

Proposal:

Ketika mulai film proyek penting yang Anda berpikir bagaimana Anda akan mencakup masalah. Setelah Anda telah menghasilkan dokumen ini akan berupa proposal untuk film.
Bila produksi video promosi hal pertama yang harus anda tanyakan pada diri sendiri adalah sebagai berikut:
a. Mengapa saya membuat video ini? Apakah tujuan promosi saya?
b. Siapa target pemirsa saya? Semakin spesifik pemirsa yang lebih terfokus argumen.
c. Apakah saya kuat cerita? Adalah yang paling efektif untuk mendapatkan cerita yang paling akurat di seluruh pesan ke target pemirsa saya?
d. Bagaimana video ini akan didistribusikan? Hal ini akan berdampak pada metode dan kualitas film Anda. Untuk Cinema? Untuk Televisi? Untuk Internet?

Setelah Anda telah menjawab pertanyaan ini Anda harus mulai untuk menjelajahi bagaimana Anda kirim ke cerita. Mulai dengan menulis sinopsis cerita Anda - dengan konteks. Dimana Anda cerita menetapkan dan apa yang memotivasi adalah faktor yang mendorong konflik? Hal ini mirip dengan salah satu langkah-langkah 5 hal struktur di atas.
Langkah selanjutnya adalah untuk menjelaskan cerita atau plot dari Kurva Anda film. Hal ini disebut film perawatan. Apa Anda tidak rute ke cerita yang mengambil kesimpulan? Bagaimana Anda mengembangkan karakter? Bagaimana mengembangkan konflik?
Tahap berikutnya adalah untuk menulis daftar gambar yang diperlukan untuk membuat cerita Anda, juga disebut-langit biru perawatan. Ini adalah gambar yang akan membuat anda cerita jika Anda mengatur untuk mendapatkan semua yang anda berharap untuk mendapatkan. Setelah Anda tulis daftar ini mulai menambahkan rincian lebih lanjut. Apa yang Anda inginkan dari wawancara? Mengapa Anda bidikan tindakan tersebut? Bagaimana Anda akan membuat transisi antara adegan?
Terakhir merencanakan logistik dari perjalanan Anda dengan menciptakan sebuah jadwal produksi. Ini adalah rincian lebih detil dari tanggung jawab, jadwal waktu, lokasi dan anggaran.
Salah satu contoh adalah termasuk dalam lampiran satu.

Sementara pembuatan video penting untuk mencoba dan mempertahankan fokus. Semakin spesifik video Anda dan oleh karena itu argumen manfaat yang lebih besar untuk promosi Anda. Semua tahap ini dirancang untuk Anda untuk mengembangkan video Anda bersama dengan banyak tahapan untuk tujuan tertentu. Dengan sumber daya dan terkendali ketat anggaran sangat sulit untuk mengubah pendapat umum publics. Apa yang Anda lakukan secara efektif dapat Namun target adalah orang-orang tertentu yang mempengaruhi keputusan opini publik misalnya departemen pemerintah, lembaga dan pengambil keputusan.


Apakah metode praktis perlu saya ambil?

Pra-produksi.
• Siapa target pemirsa Anda?
• Bagaimana saya akan film ditampilkan dan didistribusikan?
• Apakah kuat cerita saya dapat saya gunakan untuk mendapatkan seluruh pesan?
• Tulis sinopsis cerita Anda, dan kemudian menjelaskan cerita yang melengkung.
• Membuat daftar rinci semua gambar yang Anda butuhkan untuk memenuhi cerita Anda.
• Rencana bagaimana Anda akan mengumpulkan semua ini panjangnya praktis.
Produksi
• pucuk, namun ingat untuk memberi reaksi kepada Anda dan sekitarnya menjadi kenyataan untuk mereka, karena hal ini akan menetapkan film selain. Anda harus ingat untuk film yang Aksi, kembali tindakan dan emosi dan pastikan Anda memiliki beragam gambar untuk gambaran ini.
• Anda adalah gambar berurutan dari gambar dan tidak hanya bidikan. Selalu menembak banyak cutaways.
• sebagai pucuk banyak wawancara dengan pemangku kepentingan adalah sebagai mungkin.
• Jangan lupa untuk merekam baik kualitas suara seperti ini dapat sering membuat film.
• Aman.
Pasca produksi
• Dub, log dan mencatat ukuran panjang Anda.
• Tulis kalimat menjelaskan setiap urutan Anda memiliki tembakan (tidak apa yang Anda inginkan menembak tetapi apa yang sebenarnya Anda shot) dan menggunakan rencana ini untuk mengedit.
• Lengkapi Anda mengedit di atas kertas dan menentukan Anda duduk di petak sebelum Anda mengedit suite.
• Cara yang baik untuk memulai adalah dengan pemotongan dan paste Anda mengetik transkrip sampai ke dalam skrip untuk cerita Anda. Isi informasi apapun yang tidak termasuk dalam wawancara / transkrip dengan narasi atau dengan judul kartu.
• Digitize Anda dan mengedit footage.
• Tampilkan video Anda ke berbagai orang sebelum Anda selesai untuk mendapatkan pemirsa pendapat.

Lengkapi video Anda dengan versi internasional (dengan suara lebih dari luar, skrip atau musik) dan menyebarkan informasi tersebut. Versi internasional dapat diberikan kepada stasiun TV di negara-negara lain yang kemudian dapat kembali membuat film Anda dalam bahasa lain."

by: Budithya
www.salkom-gapura.net

In:

Editing - Post Production

Nah...Proses ini lebih dikenal dengan editing. Editing sendiri artinya suatu proses memilih atau menyunting gambar dari hasil shooting dengan cara memotong gambar ke gambar atau istilah lainnya cut to cut atau dengan menggabungkan gambar-gambar dengan menyelipkan sebuah transisi --tentu dengan bekal shitlist dan scriptwriter dan catatan dari sutradara.

Kalo kita sudah mengetahui arti editing. Kita perlu juga mengetahui unsur-unsur untuk mengedit. Pada proses editing ini, gambar tidak cukup hanya digabung-gabungkan begitu saja. Banyak sekali unsur-unsur yang harus diketahui, misalnya camera angel, cameraworks, jenis shot, motivasi, informasi, komposisi, sound, frame, proporsi, pictorial dan continuity. Istilah-istilah tersebut diatas
merupakan Grammar of The Edit yang harus dipegang dan diketahui oleh seorang editor.

Grammar Of The Edit

- Motivasi
Pada film, gambar-gambar seperti jalanan kota, gunung, laut, awan, dan sebagainya seringkali ditampilkan sebelum gambar utama. Tujuan di munculkan gambar-gambar tersebut adalah sebagai pembuka dan penjelas dari gambar selanjutnya. Selain bentuk gambar, motivasi juga bisa dimunculkan dalam bentuk audio, misalnya: suara telepon, langkah kaki, suara ketukan pintu, air, dll. Motivasi dapat juga berupa perpaduan gambar dan audio.

- Informasi
Pengertian informasi dsini adalah pemahaman tentang komposisi gambar yang bagus. Gambar-gambar yang di pilih seorang editor harus memberikan suatu maksud atau menginformasikan sesuatu. Bagi editor, informasi merupakan basic yang harus dipegang.

- Continuity
Bagus atau tidaknya proses editing adalah terjaganya continuity. Continuity adalah kesinambungan dari gambar satu dengan gambar berikutnya. Fungsi continuity ini adalah untuk menghindarkan adanya jumping (adegan yang terasa meloncat), baik itu dari gambar maupun audio. Jumping sangat berpengaruh pada nilai hasil editing, khususnya pada emosi penonton.

- Tittling
Semua huruf yang diperlukan untuk menambah informasi gambar. Misalnya: main title/judul utama, sub title/nama pemeran tim kreatif.

- Sound
Media yang di edit berupa audio - visual, maka audio/sound merupakan elemen penting. Sound dalam editing dibagi menurut fungsinya masing2:

1. Original Sound
semua audio/suara asli subyek/obyek yang di ambil bersamaan dengan pengambilan gambar/visual.

2. Atmosfer
Semua suara latar (backsound) yang ada di sekitar subyek/obyek. Misal: suara angin berhembus, gemericik air, hiruk pikuk pasar, suara lalu lintas
jalan (mobil, dll), dll.

3. Sound Effect
Suara2 yang ditambahkan ketika editing, bisa merupakan suara orisinal ataupun atmosfer, misalnya: suara teriakan, gempa bumi, tabrakan mobil, dll

4. Music Illustration
Semua jenis suara nada, baik itu secara akustik, maupun elektrik yang di hasilkan utnuk memberi ilustrasi/kesan kepada emosi/mood penonton, misalnya: orang yang sedang menangis sebaiknya diberi musik sendu/sedih, dll.

In:

camera movement

Cara pengambilan gambar kita dengan kamera video akan sangat memberikan efek emosional tertentu pada penonton. Maka, teknik shoot, sudut pengambilan gambar, serta pergerakan kamera adalah satu dari rangkaian yang terpenting.

Berikut, kita akan membahas beberapa variasi cara pengambilan gambar (cameraworks):

Gerakan Kamera

Pan
adalah gerakan kamera dengan poros horisontal ke kiri (pan left) atau ke kanan (pan right). Poros yang dimaksud disini adalah kepala tripod yang bisa bergerak, atau pergelangan tangan kita saat memegang kamera.

Tilt
adalah gerakan kamera dengan poros vertikal ke atas (tilt up) adatu kebawah (tilt down).

Zoom
yaitu gerakan kamera yang menggunakan fasilitas dalam kamera, yang membuat object long shot menjadi close up (zoom in) atau membuat objeco close up menjadi long shot (zoom in).

Track in/ Track out
adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi object. Sedikit berbeda dengan zoom in/zoom out, gerakan kamera ini dibantu dengan menggunakan dolly (alat berda apapun yang bisa digunakan untuk menenpatkan kamera, untuk meminimalkan guncangan pada kamera (shake), bisa berupa tripod atau kereta dorong.

Follow Through
adalah gerakan kamera yang dilakukan dengan mengikuti object bergerak. Berbeda dengan panning, follow through dilakukan dengan cara kamera ikut bergerak searah dengan object.


Kamera angle

adalah deskripsi tentang karakter/komposisi frame yang akan dibuat oleh DOP (dengan melihat skrip).

Eye Level
Kamera ditempatkan sejajar dengan mata object. Dalam hal ini object nya adalah manusia. Jika objectnya adalah benda (atau dll), kamera ditempatkan sejajar dengan sumbu horisontal terhadap object.

High Angel
Kamera ditempatkan lebih tinggi dari object. Jika pengambilannya dari helikopter, teknik ini biasa disebut dengan helishoot. Jenis angel ini disebut dengan eagle eye.

Low Angel
Kamera ditempatkan lebih rendah dari object. Sering juga teknik ini disebut sebagai frog eye.


Jenis Shoot

Pengertiannya berkaitan dengan panjang titik api pada lensa dan luasnya sudut rekam kamera. Titik api pendek pada lensa akan memberikan sudut rekam yang luas. Sebaliknya, titik api yang panjang (tele) pada lensa, akan memberikan sudut rekam yang sempit.

Long Shot atau Full Shot


















Medium Long / Full Shot




















Medium Shot atau Half Total




















Medium Close Shot






















Close Up Shot





















Wide Close Up Shot





















Full Close Up Shot

















Medium Close Up Shot












Extreme Close up Shot



In:

Bagaimana perbandingan film iklan di luar negeri dan di Indonesia

Bagaimana melihat perbandingan shooting film iklan di luar negeri dan di sini ? Cara kerja dan jumlah crew yang terlibat sangat signifikan sekali perbedaannya. Kalau mau sharing pengalaman shooting di luar negeri, bisa bisa kita geleng geleng kepala sendiri melihat efesiensi jumlah crew dan bagaimana mereka bekerja. Ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan masukan bagi kita pekerja film iklan.

SET KONSTRUKSI
hampir tidak pernah melihat tukang atau crew set builder membangun set atau bekerja dalam studio. Tidak ada yang menggergaji kayu, memaku, mengebor, mengecat dsb. Mereka sudah membuatnya di luar dan tinggal membawa ke studio dengan system knock down. Sehingga studio sangat rapi, tidak ada kaleng kaleng cat berceceran di pojok studio. Sim Salabim, jadilah sebuah set dapur. Tidak ada tukang tukang yang tidak ganti kaos selama 3 hari hilir mudik membawa palu atau gergaji.

JUMLAH CREW
Tidak seperti di Indonesia, jumlah crew bisa mencapai 75 – 100 orang di lokasi. Di luar negeri sangat selektif , bahkan ada yang cuma satu orang buat lighting dept, kecuali shootnya memang massive hingga membutuhkan banyak orang, demikian juga gripnya. Ada pengawal peralatan yang membawa masuk lampu, tapi begitu selesai mereka merapikan kabel atau kembali ke truk, tidak bergerombol ngeriung di pojok studio sambil minum kopi dan makan camilan gorengan. Mengapa bisa demikian ? kuncinya beberapa hari sebelum syuting DOP, Director ,camera dept , lighting dan grip sudah meeting preproduction. Sudah floor plan dengan gambar situasi, sehingga DOP sudah memberitahu di titik ini akan diletakan lampu 6 K, disini camera, crane disana dengan gerakan begini. Sehingga pagi pagi DOP datang ke lokasi , semua lampu dan peralatan sudah berada di titik titik yang dia mau. Dengan demikian meminimalkan jumah pergerakan di lokasi. Sebagai contoh di Departemen Kamera di negeri kita ada Camera Assistant, Loader, dan satu lagi pengawal kamera. Sementara sewaktu masih menjadi produser tahun 1998, shooting di lokasi pegunungan Salju di Canada bersama Gary Hayes. Saya melihat hanya ada satu orang camera, merangkap semuanya. Juga tidak menjadi masalah bagi DOP untuk ikut mengganti magazine kamera. Dalam shooting di Canada tersebut, bersama director total jumlah crew tidak lebih dari 12 orang ( Producer, Production Assistant ada dua orang, DOP, Camera Ass, Gaffer, Grip, Art Dir, Prop master, Make up, dan satu orang effect ). Malah,rombongan klien dari Jakarta bisa berjumlah separuhnya. Tidak ada PU, karena producer, production assistant yang membuatkan kopi, tea dsb. Tidak ada wardrobe ( memang karena settingnya tidak memerlukan seorang wardrobe stylish ) karena production assistant bisa menjadi penata busana untuk kebutuhan shooting ini. Talent juga diurus oleh Production assistant. Sementara producer disana merangkap menjadi assistant sutradara.

EFISIEN
Dalam sebuah shooting di Hongkong, terlihat seorang Line producer bisa memerintahkan kepada crew lighting yang terlihat saat itu tidak bekerja. Pertama dia akan bertanya, apa yang kamu kerjakan sekarang ? Jika tidak ada, maka ia akan meminta orang yang bersangkutan untuk membawa dorongan gantungan baju baju wardrobe. Karena wardrobe stylishnya sedang sedang sibuk menyiapkan talentnya, dan tidak ada assistant wardrobe stylish saat itu. Demikian pula pengaturan flow peralatan dan pergerakan manusia, sangat efisien. Melihat studio shooting di Jakarta seperti isi sebuah bengkel mobil berantakan dan sangat jorok.

PROFESSIONALISME
Dalam shooting di Bangkok, ketika masuk kedalam tahap pouring elemen atau effect shoot. Hanya satu orang yang bertanggung jawab dan melakukan hal itu ( mungkin bagian dari art department ). Tidak ada yang bergantian mencoba berbaik hati melakukan. Bandingkan di Jakarta, ketika semua orang mencoba bereksperimen dalam shooting. Art director, DOP, Sutradara, gaffer, bahkan producer ikut ikutan mencoba melakukan effect tsb. Sementara tingkah laku selama di studio juga mencerminkan attitude profesi yang ‘ correct ‘. Tak ada celetukan, atau godaan berbau ‘ sexual harrasment ‘ terhadap talent wanita. Masing masing tahu apa yang dilakukan, peralatan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Telpon genggam dimatikan atau di silent mode selama proses syuting, jadi kita tidak melihat crew menerima telpon selama proses produksi. Yang jelas sebelum syuting masing masing departemen sudah melakukan cek terhadap semua peralatan. Hampir mustahil di lokasi shooting, ada masalah kabel video assist yang rusak, atau bahkan seperti kejadian yang menimpa produksi saya. Shooting di lereng gunung Merapi, tetapi tidak membawa Mate box camera yang tertinggal di Jakarta.

JAM KERJA
Yang jelas jam kerja shooting di luar negeri hampir menyerupai jam kerja pekerja kantor atau profesi lainnya. Jam 6 di lokasi dan Jam 7 malam sudah selesai, serta dilanjutkan esok hari lagi. Ketika shooting di Australiapun, seorang gaffer yang memakai kemeja denim ( necis ), bisa membuat janji makan malam dengan anak istrinya. Karena ia tahu bahwa shootingnya akan ‘ pasti ‘ selesai jam 7 malam. Tidak seperti disini yang bekerja 24 jam atau bahkan saya pernah bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 3 siang hari berikutnya. Penting disini bagi Unit Manager untuk memastikan mendapat crew yang fresh, sehingga tidak merugikan produksi berikutnya. Yang terjadi karena sistem KKN antara unit dengan crew, sehingga si unit pun tetap memanggil crew tersebut walau ia tahu crew tersebut ada kemungkinan lembur sampai jam 4 pagi.

MAKAN MINUMAN
Tidak pernah ada makanan, minuman hilir mudik diseluruh penjuru studio atau lokasi. Saya tidak pernah melihat ada PU yang membawa gorengan dan teh berkeliling seperti di Jakarta. Sehingga seorang crew yang sedang membawa lampu bisa sekaligus mencomot tempe goreng dari baki yang dibawa PU. Merokok disekitar kamera(studio ) juga terlarang. Disini DOP atau director bisa minum kopi hanya 10 cm dari kamera. Hanya ada di Jakarta ketika gelas teh atau kopi bisa diletakan di antara celah celah dolly phanter, atau sebungkus rokok terlihat menyelip dibawah body camera. Di Bangkok, ada seorang petugas konsumsi bisa melarang DOP untuk mengambil jenis makanan yang berminyak. Tegas. Masuk akal karena dengan tangan berminyak sangat riskan bagi dia untuk berurusan dengan kamera. Semua Makanan dan Minuman ditaruh disebuah pojok atau ruangan tersendiri, yang ingin makan datang ke ruangan / tempat itu. Mereka buat kopi sendiri disana.

Semua bahan perbandingan ini sekiranya bisa menjadi acuan bekerja dan bersikap lebih professional serta menghargai profesi kita. Termasuk disini bagaimana cara berpakaian selama shooting. Masih banyak pekerja film yang bekerja dengan kaos yang sudah berhari hari tidak diganti dan memakai sandal. Gaffer semestinya juga memakai sarung tangan selama bekerja. Dengan jumlah crew yang bisa mencapai 75 orang setiap produksi, tentu sangat memberatkan. Mungkin jika bisa dikurangi separuhnya saja, bisa membantu alokasi budget yang tadinya dipaksa shooting sehari , kini menjadi dua hari. Terus terang bagaimana bersikap professional masih menjadi hambatan bagi pekerja film, sehingga APFII juga menjadi serba salah jika harus menerapkan standar kerja. Misalnya dengan jam kerja hanya 14 jam, kontrak kerja dsb. Tentu akan menjadi bumerang ketika para PH mempertanyakan profesionalisme kita dengan pola kerja seperti contoh diatas, belum lagi issue issue korupsi dalam produksi. Sampai kapan ini terus berlangsung ?


Sumber : http://www.apfii.com/

In:

Istilah dalam FILM

Buat teman-teman yang belum tau tentang istilah dalam produksi sebuah film ini saya sempatkan untuk ngumpul beberapa istilah dalam film.Mungkin saja ada yang lewat di sebuah lokasi produksi film trus dengar kata ‘CUT’ yang keras dari sutradara teman-teman jangan lari dulu karena menganggap kalian akan di potong ato digunting,heee…bagi yang tahu lebih banyak istilah yang digunakan dalam film dapat memberi masukan demi perkembangan film indie

ini beberapa istilah film yang patut kalian ketahui:

Anamorphic
Lensa yang digunakan dalam fotografi untuk memperkecil gambar wide screen ke ukuran 35 mm. Proses ini dibalik ketika memproyeksikan hasil akhir film, memunculkan gambar kembali ke ukuran normal pada layar lebar.

Aspect Ratio
Perbandingan antara lebar dan tinggi bingkai gambar (frame). Rasio untuk tayangan televisi adalah 1,33:1, artinya lebar frame yang muncul di televisi adalah 1,33 kali dari tinggi.

Available Light
Pengambilan gambar tanpa tambahan cahaya buatan manusia.

Animasi
Membuat film dengan merekam sekumpulan urutan gambar atau kartun, satu frame tiap satu satuan waktu, tiap gambar memiliki sedikit perbedaan sehingga ketika seluruh gambar diputar oleh proyektor pada kecepatan tertentu akan memunculkan pergerakan.

Boom Man
Individu yang mengoperasikan mikrofon boom yang menunjang mikrofon yang digunakan untuk merekam dialog dalam adegan.

Blow Up
Perbesaran ukuran film dari 16 mm ke 35 mm yang dilakukan di laboratorium untuk diputar di bioskop. Istilah ini juga dipergunakan dalam fotografi untuk memperbesar foto guna keperluan display atau promosi.

Best Boy
Asisten Gaffer atau asisten Key Grip.

Call Sheet
Pencatatan yang digunakan oleh asisten sutradara untuk selalu mengetahui individu yang dibutuhkan dalam proses pemfilman beserta waktunya. Kadang sebuah salinannya diberikan pada para aktor dalam film.

Camera Angle
Sudut Kamera. Ruang pandang kamera ketika sebuah set akan diambil gambarnya. Istilah tinggi, rendah dan lebar didasari oleh norma imajiner dengan perkiraan kamera 35 mm dengan lensa 2 inci (50 mm) mengarah pada adegan setinggi bahu.

Camera Report
Sebentuk salinan yang disimpan dalam tiap magazine film tempat asisten kameramen mencatat panjang pengambilan tiap adegan, nomer adegan dan perintah untuk mencetak atau tidak. Laporan kamera diberikan ke laboratorium proses, bagian kamera dan bagian produksi.

Camera Tracks (Lintasan Kamera)
Lintasan metal dan atau lembaran kayu lapis ukuran 4’ x 8’ yang diletakkan di lantai untuk membawa dolly atau camera boom. Lintasan digunakan untuk menjamin kehalusan gerakan kamera.

Casting Director
Orang yang memimpin pemilihan dan pengontrakan aktor untuk memenuhi bagian yang dibutuhkan dalam sebuah naskah.

Cinema Scope
Nama dagang untuk tujuan pemrosesan fotografi dan proyeksi yang mengikutsertakan kamera dengan lensa anamorfik atau proyektor dan layar berlekuk ekstra panjang. Memungkinkan proyeksi dari gambar yang jauh lebih besar dari ukuran biasanya. Banyak film epic dibuat dalam Cinema Scope karena pengaruh dari ukuran terhadap para penonton.

Cinematographer (Penata Fotografi)
Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam memilih sudut, penyusunan dan rasa dari pencahayaan dan kamera.

Composite Print
Film yang telah diedit, termasuk semua gambar, suara dan trek musik yang telah dicetak ke dalam sebuah film.

Cover Shot
Bagian dari pengambilan film untuk menyediakan materi transisi dari satu bagian ke bagian lain dalam sebuah adegan yang sama. Bisa juga digunakan sebagai gambar tambahan/cadangan kalau-kalau perekaman pertama tidak berhasil.

Cut
Sebagai tanda dari sutradara untuk mengakhiri suatu adegan yang di mainkan aktor/s dalam proses syuting

Day for Night
Adegan eksterior yang menggambarkan keadaan malam hari namun difilmkan pada saat siang hari, biasanya dengan alasan ekonomis. Penggunaan filter pada kamera akan menciptakan efek malam hari.

Dolly
Kendaraan beroda untuk membawa kamera dan operator kamera selama pengambilan gambar. Dolly biasanya dapat didorong dan diarahkan oleh satu orang yang disebut dolly grip.

Dubbing
Perekaman suara manusia secara sinkron dengan gambar film. Suaranya dimungkinkan berasal dari aktor yang sesungguhnya atau orang lain, baik dengan bahasa yang digunakan saat film diproduksi atau bahasa asing sebagai terjemahan. Dubbing biasanya diselesaikan denggan menggunakan film loops – bagian pendek dari sebuah gambar beserta dialognya dalam bentuk married print-. Aktor menggunakan gambar dan sound track playback sebagai panduan untuk mensinkronisasikan gerakan bibir dalam gambar dengan perekaman suara baru. Umumnya digunakan untuk memperbaiki perekaman asli yang buruk, performa artistik yang tidak dapat diterima atau kemungkinan kesalahan dalam dialognya. Juga digunakan untuk perekaman lagu dan versi bahasa lain setelah proses pemfilman.

Editor Film
Orang yang bertanggung jawab untuk mendapatkan seluruh potongan gambar dan mengaturnya ke dalam kesatuan yang koheren. Pada banyak kesempatan, seorang editor kreatif dapat menyelamatkan atau minimal meningkatkan versi akhir film.

Establishing Shot
Pengambilan jarak jauh, biasanya eksterior, yang menekankan keberadaan dari adegan (misalnya : letak geografi)

Footage
Unit pengukuran yang digunakan untuk film. Berarti juga stok gambar yang pernah direkam.

Frames per Second (fps)
Sebuah film 35 mm berputar dalam kamera dengan kecepatan normal menghasilkan 24 frame tiap detik sehingga bila lebih banyak frame yang diputar tiap detiknya, aksi dari subjek akan diperlambat ketika diproyeksikan dalam kecepatan normal. Bila lebih sedikit dari 24 frame yang diputar maka aksi tampak dipercepat bila diproyeksikan dengan kecepatan normal.

frog eyes
istilah untuk pergerakan kamera low angle secara ekstrim

Hand Held
Mengambil gambar dengan kamera ringan seperti Arriflex, Éclair, Beaulieu atau handycam, jenis yang dapat dioperasikan dengan tangan tanpa bantuan atau meletakkannya pada gear head dan tripod.

Jump Cut
Melakukan pemotongan dari suatu pengambilan gambar ke gambar lainnya pada sebuah film tanpa ada penyesuaian. Juga berarti berpindah dari long shot (pengambilan jarak jauh) ke close-up atau sebaliknya, tanpa ada perubahan pada sudut kamera.

Married Print
Gabungan antara track gambar dan suara setelah film selesai diedit. Istilah ini lebih digunakan untuk format film dan tidak dikenal dalam produksi dengan format video.

P. O. V.
Point of View (Sudut Pandang). Sudut kamera yang memperlihatkan apa yang dilihat oleh seseorang yang berada dalam film.

Reflector
Pemantul: sebentuk permukaan berlapis perak yang digunakan untuk merefleksikan / memantulkan cahaya. Untuk pengambilan film eksterior, pemantul sering digunakan untuk mengarahkan sinar matahari ke bagian dari adegan. Untuk pencahayaan interior, pemantul adalah bagian dari lampu studio yang digunakan untuk meningkatkan jumlah penerangan dari sebuah bola lampu.

Slow Motion
Mengekspose film lebih cepat dari standar 24 frame tiap detik sehingga ketika diproyeksikan dengan kecepatan normal maka aksi yang ada akan lebih lambat dari normal.

Sound Track
Pita kecil sepanjang film (pada pita seluloid) yang memuat suara dalam film. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya pada suara stereofonik atau untuk pendistribusian di luar negeri dengan mempertahankan musik dan efek asli namun dilakukan penyulihan suara untuk dialognya, maka menggunakan lebih dari satu pita.

Stock Footage
Materi siap pakai: mulai dari newsreels, dokumenter dan fitur film, yang dipandang berguna untuk film lainnya. Tujuan penggunaan stock footage dari perpustakaan mungkin untuk otentisitas historis dan / atau biaya yang lebih rendah.

Story Board
Sejumlah sketsa yang menggambarkan aksi di dalam film, atau bagian khusus film yang disusun teratur pada papan buletin dan dilengkapi dengan dialog yang sesuai waktunya atau deskripsi adegan. Story board digunakan untuk mempermudah dan mempermurah pengambilan gambar.

ini cuma sepersedikitnya istilah dalam film. TUNGGU KELANJUTANNYA !!

In:

Media Audio Visual: Sejarah dan Perkembangannya

Perkembangan Munculnya radio ternyata mengilhami terciptanya media yang lebih kompleks. Yaitu dengan menggabungkan gambar dan suara yang kemudian disebut film. Awalnya masih diputar di bioskop berupa film bisu hingga bersuara. Sampai akhirnya tercipta televisi, beserta alat-alat perekam (camera), pemutar (CD/VCD/DVD Player) dan penyimpannya (VHS/CD) dari film dan musik (gambar dan suara).

MEDIA AUDIO/RADIO
Sejarah dan Perkembangannya

Audio/Radio 1

Perkembangan Audio RadioTeknologi rekaman accuistic pertama dikembangkan pada tahun 1877 oleh Thomas Edison. Dia memproduksi suku cadang “phonogrph” yang memainkan kembali ritme lagu “Mary Had a Little Lamb” dari rotasi silinder. Tahun 1882 Emilie Berliner menciptakan gramophon, yang menggunakan flat-disk yang disebut “rekam” (record) termasuk silinder. Edison dan Berliner berlomba pada industri rekaman.

Guglielmo Marconi, seorang pemuda Italia penerima nobel, sukses mengkreasikan Wirelles telegraph menggunakan gelombang radio untuk menyampaikan pesan dalam sandi menggunakan ledakan panjang dan pendek pada gangguan radio. Teknik ini menggunakan praktis awal menggunakan radio, sebuah langkah utama dalam mengembangkan radio. Pada tahun 1890, Marconi mencoba mempromosikan untuk menggunakan telegrap untuk bisnis dan militer pada penduduk asli Italia, tetapi pemerintah negaranya tidak tertarik. Marconi lebih sukses di Inggris, di sini Marconi mendapat pengakuan pada tahun 1896 dan di US pada tahun 1904, bakat bisnisnya mendominasi pemakaian pertama radio telegraph untuk dua cara berkomunikasi di tempat Marconi bekerja. Jenis radio ini pertama digunakan untuk mengkordinasikan pelayaran samudra antara negara-negara. Dimana kawat telegraph betul-betul tidak sampai. Perusahaan Telegraph Marconi mendirikan stasion radio, untuk menerima dan mengirimkan kembali signal telegrap samudra dari pelayaran atau perkapalan. Perusahaannya juga menghasilkan dan mengoperasikan peralatan untuk mengirim dan menerima pesan radio telegrap. Tahun 1913, Marconi mendominasi radio di Eropa dan United State.

Perkembangan yang menerima kesuksesan radio dengan audiens berkembang pada radio FM pada tahun 1960. FM memiliki ketelitian rekaman suara yang tinggi, tetapi secara esensial hanya dalam pemancar radio. Rekaman FM dan 331/3 rpm dipindahkan ke dalam suara stereo (dua bagian mengkoordinasikan saluran musik pada tahun 1960. Lagu-lagu panjang dimainkan, dengan mulai mempengaruhi jenis-jenis lagu yang direkam. Tetapi pertengahan sampai akhir 1960 banyak kelompok-kelompok musik populer merekam lagu-lagu yang lebih panjang dari pada typikal single sepanjang 2-3 menit. Kadang-kadang lagu-lagu itu diselipkan pada rekaman 45 rpm, tetapi sebagian besar penggemar kelompok mulai membeli album yang berisikan lagu-lagu hits.

Hak cipta musik, syndicat talk show dan intellectual property lainnya menjadi topik utama baik radio maupun rekaman. Ketika artis-artis merekam musik yang ditulis oleh seseorang, baik untuk menjual langsung sebagai rekaman atau siaran radio, mereka mendapatkan ijin dan membayar royalti, biaya bagi penulis-penulis yang menggunakan intellectual property. Distribusi musik atas internet memunculkan kesulitan hak cipta dan masalah intellectual property. Sebenarnya rekaman digital yang sempurna ditransmisikan ke internet, tape-digital, disc or CD yang dapat merekam. Mencari solusi untuk mencegah peng-copan dan transmisi illegal, sementara memungkinkan menjual musik secara legal melalui internet. Aturan hak cipta memerlukan pembayaran hak cipta oleh artis, termasuk pemutaran rekaman pada radio. Dua kelompok lisensi musik dunia The American Sociaty of Composer, Author, anf Publisher (ASCAP) dan Broadcast Music Incorporated (BMI) sebagai perantara antara rekaman artis dan stasion-stasion radio. Stasion-stasion memperoleh lisensi musik yang didengarkan oleh kelompok lisensi musik dalam keuntungan biaya. Biasanya pendapatan stasion-stasion besar satu sampai dua persen. ASCAP atau BMI membayar hak cipta, menurut frekuensi lagu yang diputar.


TELEVISI/ VIDEO 2

TelevisiSaat radio tengah berkembang sebagai media penyiaran utama di akhir tahun 1920-an dan film-film tengah dicoba dengan diperbincangkan, beberapa orang mulai memikirkan tentang bagaimana radio dan gambar jika disatukan. Para pemirsa menyukai film-film bergambar sama seperti mereka menyukai radio pada tahun 1920-1940. Muncul ide untuk menggabungkan keduanya.
Pada tahun 1920 dan 1930 teknologi televisi berkembang tahap demi tahap. Dan pada dekade selanjutnya, siaran televisi diputar di seluruh dunia. Penyiaran pertama di Inggris tahun 1935. Di Amerika pertama kali menyiarkan pertandingan base ball Columbia melawan Yale tahun 1939.

TV Kabel
Akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980, industri film memulai meningkatkan keuntungan pada TV kabel dan sewaan videotape sebagai distribusi saluran baru. TV kabel sebagai sumber alternatif jaringan televisi, terutama untuk memperluas layanan oleh Home Box Office (HBO) tahun 1975. Saluran-saluran seperti HBO secara eksklusif banyak pada isi film yang akan datang. Satelit baru didasarkan Superstation kabel WGN dan WTASWOR, menggunakan film-film tua

VCRS
Videocassete recorders (VCRS) meluas di rumah-rumah orang Amerika pada tahun 1980. Menggunakan VCRS sangat cepat. Orang menggunakan VCRS untuk merekam dan memutar pertunjukkan-pertunjukkan favorit di televisi beberapa film yang disewakan dari toko-toko video.

Bisnis penyewaan video dimulai dengan toko-toko penyewaan kecil yang tidak bergantung pada apapun, yang membeli stok video dari distributor. Akhirnya dikonsolidasikan secara meyakinkan dengan beberapa supermarket dan toko-toko lain yang menyewakan video, dan dengan penyewaan video yang meluas, seperti Blockbuster dan Hollywood video, memberikan banyak peluang bisnis.

Umumnya, industri film mulai memproduksi yang difokuskan pada kedekatan audiens. Setelah “massa” audiens berpindah ke TV, film mempunyai tujuan pada kelompok yang lebih spesifik. Untuk distribusi pertunjukkan pertama film bioskop, kebanyakan target film-film itu ditinggalkan khusus pada audiens, yang berumur 18-25 tahun yang masih keluar untuk ke bioskop.

Tentu, sebagaimana kita ketahui, sejarah film itu tidak berakhir dengan George Lucas. Akhir tahun 1990, industri film ditransformasikan oleh teknologi baru dan kekuatan pasar. Home video memiliki tenaga penggerak dengan pajak dari toko yang menyewakan video dan penjualan langsung video (terkenal sebagai sell through) melebihi penerimaan box office dua ke satu. Penyewaan video yang besar meminta pergantian keuntungan dari pembuat film. Biaya memproduksi film-film utama, sebagai produser berlomba melakukan yang lainnya dengan pengaruh khusus computer, dengan perkembangan biaya yang besar diharapakan audiens besar pula. Film membuat studio utama mulai bereaksi terhadap aliran-aliran (ad. Pengetahuan tentang fiksi, aksi petualangan) yang dapat “diterjemahkan” antar budaya. Tetapi diluar itu studio-studio utama, itu merupakan kebangkitan kembali kebebasan pembuatan film, sebagai teknologi komputer biaya “small film” dan menawarkan prospek pembuatan film terlepas dari tekanan keuangan.

Umumnya audiens film tidak lama menonton di rumah. Film merupakan tontonan utama pada televisi, kabel, atau video. Rata-rata jumlah waktu yang digunakan menonton film pada video telah berkembang dalam dekade akhir ini. Lebih 4/5 orang Amerika memiliki VCR di rumah. Lebih 3/5 orang Amerika menyewa video tape. Orang dewasa muda, khususnya keluarga usia muda, yang menyewa film yang berperan jahat, dan video anak-anak yang aliran/gayanya sangat populer. Rata-rata ibu rumah tangga mengeluarkan lebih $170 pertahun untuk menyewa dan membeli video caset. Menonton film di teater sekarang disenangi orang yang berumur antara 15 sampai 24, 1/3 yang ke bioskop paling kurang sekali sebulan, dibandingkan 1/5 dari semua orang dewasa. Meskipun proporsi orang dewasa muda lebih kecil yang menghadiri bioskop pada tahun sebelumnya, jumlah orang dewasa muda berkembang sebagai seorang baby “sangat berkembang” hebat, sehingga pembuat film terus menerus dipengaruhi oleh audiens muda.


FILM/SINEMATOGRAFI 3

Di era film bisu (1903 sampai 1917), film cerita sejarah sangat berkembang. Film hitam putih yang dan masih bisu, tetapi ini tidak membatasi mereka berkreasi dan menghentikan untuk menceritakan sejarah. Justru membuat penonton mempergunakan imajinasi mereka. Musik di film dahulu ditampilkan oleh organist, yang bermain musik untuk mengarang lagu yang sesuai dengan komposisinya. Film-film sering meminjam atau alur cerita diadaptasikan dari novel.

Kebanyakan usaha-usaha awal pembuatan film membuat film cerita bergambar. Edison memikirkan bahwa orang-orang butuh gambar untuk mendengar rekaman suara. Asisten Edison yaitu Thomas Dickson mengadakan percobaan dengan film bersuara sebelum tahun 1895. Kebanyakan sistem sebelumnya menggantungkan player rekaman dikoordinasikan dengan film. Studio-studio tersebut pada awalnya enggan menginvestasikan ke dalam teknologi suara, sebagaimana film yang diproduksi di rumah-rumah. Studio kecil, Warner bersaudara, membuat komitmen untuk mengembangkan teknologi suara dan mendapat bantuan AT & TIS Western Eleectric Company. Mereka berhasil menciptakan film cerita pendek yang disebut The Vitaphone Preludes. Film-film “Utaphone” ke-4 mampu malampaui ketenaran “The Jazz Singer” pada tahun 1927.

Masa krisis aktor dan studio-studio digunakan untuk pembuatan film-film bisu yang ada ke dalam musik klasik Singing In The Rain (1952). Meskipun penonton merasa senang terhadap potensi-potensi baru film yang bersuara dan musik, beberapa artis belum terbiasa. Mereka merasa akting kurang mendapat penekanan. Saat kualitas vokal aktor mendapat kritikan. Tiba studio-studio terampil menggunakan pengaruh suara dan musik. Beberapa aktor dan aktris, seperti Suitney Greta Garbo, membuat transisi vokal.

Menurut survey, kebanyakan orang pergi ke Bioskop paling sedikit setiap minggu (sekali seminggu), kadang-kadang lebih. Setiap minggu mereka mendapatkan informasi dari warta berita, seperti berita-berita Fox’s Movietone News dan March of Time, yang menyediakan informasi tentang hiburan di dunia. Mereka menanti dari minggu ke minggu untuk menyaksikan apa yang akan terjadi pada Flash Gordon berikut atau serial pahlawan-pahlawan yang dimainkan sebelum film utama.

Kehadiran bioskop menghasilkan banyak uang, bioskop (gambar hidup) menjadi bisnis yang menguntungkan, depresi yang besar mematikan produser-produser kecil dan hampir 5000 bioskop teater. Secara aktual ketidakberuntungan memperkuat situasi ekonomi dan mengontrol beberapa studio besar, dan keputusan kebijakan produksi ada ditangan para eksekutif studio.

Tahun 1930, muncul pula organisasi studio yang agak bagus, munculnya 5 studio utama. Paramount, Locw’s / MGM, Warner Brother’s, Fox dan RKO. Studio-studio ini milik para eksekutif itu sendiri, mereka mendistribusikan pada bioskop teater, mengontrol produksi, distribusi dan pameran memungkinkan studio-studio yakin bahwa gambar hidup didistribusikan dan dimainkan secara luas, tetapi bentuk dikonstitusikan pada integrasi vertikal yang pada akhirnya menggambarkan perhatian bagi federal regulators concerned tentang kekuatan konsentrasi di studio-studio.

Hingga akhirnya sampai sekarang bermunculan film-film dengan genre yang beragam mulai drama, action, horor, komedi, dan yang lainnya. Selain itu muncul juga “trend-center” di bidang perfilm-an seperti Hollywood, Bollywood, Film eropa (inggris dan Perancis), Asia, dll. Masing-masing pusat memiliki gaya dan ciri masing-masing. Jika dahulu kita begantung hanya di bioskop jika ingin menikmati film dengan layar lebar, maka kini telah tercipta “home-teather” yang memungkinkan kita untuk dapat menikmatinya di rumah. Alat-alat canggih-pun telah ditemukan dan diciptakan guna mengakomodasi perkembangan media audio visual ini.

RENUNGAN 4

Dengan melihat betapa semakin beragam, canggih dan modern media audio visual maka kita yang berkiprah di dunia pembelajaran dan pendidikan tentunya tertarik dan tertantang ubtuk memanfaatkannya di bidang keilmuan kita. Pengetahuan keilmuan, keterampilan penggunaan media dan sedikit kebijakan dalam memanfaatan media tersebut akan membawa kita kepada lingkungan belajar yang kondusif dan tidak konvensional.
“Radio dan Televisi, masing-masing memiliki karakteristik media yang berbeda. Pemanfaatan keduanya secara tepat dapat menciptakan proses dan hasil belajar yang maksimal”


DAFTAR RUJUKAN
Mangunhardjana, A Mardija. 1976. Mengenal Film. Yogyakarta: Kanisius
Boggs, Joseph M. 1986. The Art of Watching Film.
Subroto, Darwanto Sastro. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Smaldino, Sharon E. ..(et al). 2005. Instructional Technology and Media for Learning (8th ed). New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall
Romli, Asep Syamsul M. 2004. Broadcast Journalism. Bandung: Nuansa.

In:

RATING PALSU AGB nielsen !!

ibaratnya sebuah hakim, rating adalah kata penentu kemenangan atau kekalahan dalam dunia pertelevisian di Indonesia. Hidup atau matinya sebuah program televisi sangat tergantung oleh angka rating yang bagus.Kalau sebuah program televisi mendapat rating yang tinggi, maka dapat diasumsikan akan ada banyak pendapatan dari iklan yang akan masuk ketelevisi tersebut. Namun sebaliknya bila rating sebuah program turun,televisi tersebut kehilangan pemasukan iklan

Dengan demikian rating adalah "TUHAN bagi para pekerja televisi". Mereka rela berjumpalitan kerja siang malam demi memperoleh angka rating tersebut. Di Indonesia , SATU- SATUNYA jasa penyedia ratingadalah AGB nielsen, perusahaan dari Amerika ini praktis menjadi tumpuan utama atau MONOPOLI bagi semua stasiun televisi , biro iklan dan semua produsen pemasang iklan.


Selama 14 tahun terakhir ini AGB Nielsen juga selalu berhasil menampik semua tudingan yang mempertanyakan keabsahan penelitiannya, maupun validitas data responden yang telah ditebarnya. Namun sebenarnya jaminan mutu internasional itu hanyalah lip servis semata.Kenyataannya sungguh jauh dari tampilan make up luarnya.



Pertama AGB Nielsen Indonesia tidak memiliki tenaga handal profesional yang direkrut dari luar negeri demi menjaga kerahasiaan sistem mereka, seperti yang selalu diklaimnya. AGB Nielsen Indonesia yang sekarang banyak ditangani oleh para pekerja Indonesia , yangsebagian besar dari mereka adalah fresh graduated ( sebagian besaradalah lulusan statistik dan matematika ). Sehingga kerahasiaansistem mereka sebenarnya tidak benar- benar seperti benda suci yang selalu mereka jaga kerahasiaannya. Mereka banyak merekrut tenaga dari dalam negeri dengan anggapan bahwa tenaga dari Indonesia adalahjauh lebih murah dibanding mempekerjakan tenaga dari negara merekayang sudah berpengalaman. Bahkan Hampir setengah dari tenagalapangan AGB Nielsen adalah para mahasiswa yang belum lulus denganhitungan tenaga magang. Sehingga dengan tujuan efisiensi pada sumberdaya manusia , mereka dapat lebih banyak mendapat keuntungan.

Yang Kedua dengan banyak merekrut tenaga kerja baru lulus kuliah danmahasiswa magang, AGB Nielsen banyak memberikan toleransi kesalahandata. Terutama data- data yang ada di lapangan. Sering sekali sayaalami penyimpangan data terjadi hanya karena keteledoran SDM semata-mata.

Yang Ketiga Untuk pemilihan demografis responden rating televisicenderung dilakukan dengan asal-asalan. Dan tidak diusahakan pemerataan pada sebaran datanya Misalnya , untuk mengetahui berapa kecendrungan pemirsa untuk tayangan televisi A, mesti diambil jumlah responden yang seimbang misalnya untuk kelas ekonomi atas 33,3%,kelas ekonomi menengah 33,3 %, untuk kelas ekonomi bawah 33,3%,sehingga total 100%. Sehingga angka rating yg didapat adalah lebih obyektif. Namun pada prakteknya , AC Nielsen Indonesia banyak mengambil data responden sebagian besar dari kelas ekonomi rendah.Profil mereka sebagian besar adalah : ekonomi kelas rendah,berpendidikan rendah, tidak mempunyai pekerjaan, bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pedagang kaki lima, karyawan toko, buruh pabrik, dan lain- lain. Hal ini menjelaskan mengapa sebagian besar tayangan televisi nasional yang memiliki rating tinggi justru yangmemiliki cita rasa rendah dan apresiasi seni yang rendah. Sepertimusik dangdut, tayangan gosip artis, tayangan mistik, film- film hantu, dan sinetron-sinetron gak jelas.Tayangan-tayangan televisi yang justru bersifat mendidik dan mencerdaskan selalu mendapat nilai rating yang rendah dari AGB Nielsen. Kebijakan ini diambil AGB Nielsen karena ia tidak mau membayar uang imbalan untuk respondennya. Sehingga responden yang diambil adalah kebanyakan dari kaum ekonomi bawah agar bisa dibayar murah.

Yang Keempat Untuk pemilihan responden secara geografis juga dilakukan dengan tidak merata. Sebaran data yang diambilnya tidak pernah dilakukan dengan distribusi yang sama rata secara nasional,melainkan sekitar lebih dari 60% datanya hanya terkumpul dari Jakarta saja.

Yang Kelima sebagai imbalan ( honor ), responden rating hanya mendapat souvernir senilai Rp 20,000 s/d Rp 50,000,- saja perbulannya. Sehingga responden cenderung ogah- ogahan untuk menjaga integritasnya.

Yang Keenam Idealnya sebuah keluarga atau sebuah rumah yang menjadi responden televisi menjadi reponden selama 6 bulan saja atau maksimalselama 1 tahun. Setelah itu AGB Nielsen harus mencari responden baru.Secara statistik hal itu perlu dilakukan demi menjaga obyektifitas data. Agar secara psikologis , mood responden tidak mempengaruhi data selanjutnya. Namun pada kenyataannya, seorang responden kebanyakan bisa menjadi responden selama 7 TAHUN LEBIH. Untuk hal ini adalah murni dikarenakan kemalasan dari manajemen AGB Nielsen untuk melakukan pemeriksaan ke lapangan.

Yang Ketujuh para responden rating AGB Nielsen sama sekali tidak mempunyai integritas. Dengan demikian , beberapa oknum televisibeserta oknum AGB Nielsen dapat memberikan "pesanan" kepada ratusanresponden sekaligus agar "memanteng " program televisi tertentu,agar hitungan rating program tersebut menjadi tinggi. Biasanya jumlah yang diajak adalah sekitar 100 s/d 700 orang dari total 3,500 responden. dengan 700 orang berarti program tersebut diharapkansudah memegang rating 1/5 dari total rating. Biasanya tiap satu kali"memanteng" ( demikian sebutannya ) tiap responden meminta bayaranRp 100,000,-. Sehingga dengan 700 orang x Rp 100,000,-, oknum pihak televisi tersebut hanya mengeluarkan uang Rp 70,000,000 sajaper satu kali "manteng". Dengan begitu angka rating dapat dimanipulasi dengan mengeluarkan biaya yang relatif murah sebenarnyabagi para stasiun televisi.



Demikianlah sebersit informasi sekitar rating. Karena memang sebagai karyawan yang sudah bekerja 6 tahun disana ( AGB Nielsen ) , sudah banyak orang yang bertanya- tanya bagaimana cara rating itu bekerja, atau adakah penyimpangandidalamnya ? Dan juga karena termotivasi melihat begitu banyaknyapara pekerja televisi yang sangat gigih dalam pekerjaan mereka, yang padahal selama ini para pekerja televisi tersebut tidak mengejarapapun melainkan hanya RATING PALSU !!!

Beginilah melihat jahatnya skandal dan penipuan yang dilakukan orang- orang didalam AGB Nielsen. Secara organisasi itu sendiri sebenarnya ia cukup baik sebagai barometer dunia pertelevisian kita agar semakin maju dan menghasilkan tayangan-tayangan yang berkualitas. Bagi ANDA yang sudah menerima pesan ini,tolonglah disebarkan terutama apabila anda mempunya teman, saudara,keluarga ataupun rekan kerja yang bekerja di televisi, biro iklan,dan media lainnya agar mereka tahu kebenaran dari apa yang merekausahakan selama ini !!!

WASPADALAH.. !!!

"Semoga Informasi ini dapat Bermanfaat".

dikutip : www.lautanindonesia.com

In:

Jenis-jenis film

FILM DOCUMENTER


Film Dokumenter (Documentary Film)Dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan.


FILM PENDEK

Film Cerita Pendek (Short Film)Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.Film Cerita Panjang (Feature – Length Film)Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umunya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.


IKLAN TELEVISI

Iklan Televisi (TV Commercial) Film ini diproduksi untuk Kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan ‘secara eksplisit’, artinya ada stimulus audio-visual yang jelas tentang suatu produk tersebut. Sedangkan iklan produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan produk secara implisit.


PROGAM TELEVISI

Program Televisi (T V Programme)Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. Jenis cerita ini terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi dan kelompok non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film televisi/FTV (popular lewat saluran televisi SCTV) dan film pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, TV quiz, talkshow dan liputan/ berita.


VIDEO KLIP

Video Klip (Music Video) Sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industry tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core business) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya. (Heru Effendy, Membuat Fim itu Gampang)

Artikel ini dikutip dari: Yoki Yosanto.com