right_side

about ME

Foto saya
bjm -mlg (pp)
inilah saia..seorang mahasiswa ilmu komunikasi yang tak pandai berkomunikasi. dan dengan inilah saia menyampaikan ilmu yang saia dapat walaupun blog ini dibuat karrena untuk menuntaskan tugas final test saia.....hehehe :)
In:

Istilah dalam FILM

Buat teman-teman yang belum tau tentang istilah dalam produksi sebuah film ini saya sempatkan untuk ngumpul beberapa istilah dalam film.Mungkin saja ada yang lewat di sebuah lokasi produksi film trus dengar kata ‘CUT’ yang keras dari sutradara teman-teman jangan lari dulu karena menganggap kalian akan di potong ato digunting,heee…bagi yang tahu lebih banyak istilah yang digunakan dalam film dapat memberi masukan demi perkembangan film indie

ini beberapa istilah film yang patut kalian ketahui:

Anamorphic
Lensa yang digunakan dalam fotografi untuk memperkecil gambar wide screen ke ukuran 35 mm. Proses ini dibalik ketika memproyeksikan hasil akhir film, memunculkan gambar kembali ke ukuran normal pada layar lebar.

Aspect Ratio
Perbandingan antara lebar dan tinggi bingkai gambar (frame). Rasio untuk tayangan televisi adalah 1,33:1, artinya lebar frame yang muncul di televisi adalah 1,33 kali dari tinggi.

Available Light
Pengambilan gambar tanpa tambahan cahaya buatan manusia.

Animasi
Membuat film dengan merekam sekumpulan urutan gambar atau kartun, satu frame tiap satu satuan waktu, tiap gambar memiliki sedikit perbedaan sehingga ketika seluruh gambar diputar oleh proyektor pada kecepatan tertentu akan memunculkan pergerakan.

Boom Man
Individu yang mengoperasikan mikrofon boom yang menunjang mikrofon yang digunakan untuk merekam dialog dalam adegan.

Blow Up
Perbesaran ukuran film dari 16 mm ke 35 mm yang dilakukan di laboratorium untuk diputar di bioskop. Istilah ini juga dipergunakan dalam fotografi untuk memperbesar foto guna keperluan display atau promosi.

Best Boy
Asisten Gaffer atau asisten Key Grip.

Call Sheet
Pencatatan yang digunakan oleh asisten sutradara untuk selalu mengetahui individu yang dibutuhkan dalam proses pemfilman beserta waktunya. Kadang sebuah salinannya diberikan pada para aktor dalam film.

Camera Angle
Sudut Kamera. Ruang pandang kamera ketika sebuah set akan diambil gambarnya. Istilah tinggi, rendah dan lebar didasari oleh norma imajiner dengan perkiraan kamera 35 mm dengan lensa 2 inci (50 mm) mengarah pada adegan setinggi bahu.

Camera Report
Sebentuk salinan yang disimpan dalam tiap magazine film tempat asisten kameramen mencatat panjang pengambilan tiap adegan, nomer adegan dan perintah untuk mencetak atau tidak. Laporan kamera diberikan ke laboratorium proses, bagian kamera dan bagian produksi.

Camera Tracks (Lintasan Kamera)
Lintasan metal dan atau lembaran kayu lapis ukuran 4’ x 8’ yang diletakkan di lantai untuk membawa dolly atau camera boom. Lintasan digunakan untuk menjamin kehalusan gerakan kamera.

Casting Director
Orang yang memimpin pemilihan dan pengontrakan aktor untuk memenuhi bagian yang dibutuhkan dalam sebuah naskah.

Cinema Scope
Nama dagang untuk tujuan pemrosesan fotografi dan proyeksi yang mengikutsertakan kamera dengan lensa anamorfik atau proyektor dan layar berlekuk ekstra panjang. Memungkinkan proyeksi dari gambar yang jauh lebih besar dari ukuran biasanya. Banyak film epic dibuat dalam Cinema Scope karena pengaruh dari ukuran terhadap para penonton.

Cinematographer (Penata Fotografi)
Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam memilih sudut, penyusunan dan rasa dari pencahayaan dan kamera.

Composite Print
Film yang telah diedit, termasuk semua gambar, suara dan trek musik yang telah dicetak ke dalam sebuah film.

Cover Shot
Bagian dari pengambilan film untuk menyediakan materi transisi dari satu bagian ke bagian lain dalam sebuah adegan yang sama. Bisa juga digunakan sebagai gambar tambahan/cadangan kalau-kalau perekaman pertama tidak berhasil.

Cut
Sebagai tanda dari sutradara untuk mengakhiri suatu adegan yang di mainkan aktor/s dalam proses syuting

Day for Night
Adegan eksterior yang menggambarkan keadaan malam hari namun difilmkan pada saat siang hari, biasanya dengan alasan ekonomis. Penggunaan filter pada kamera akan menciptakan efek malam hari.

Dolly
Kendaraan beroda untuk membawa kamera dan operator kamera selama pengambilan gambar. Dolly biasanya dapat didorong dan diarahkan oleh satu orang yang disebut dolly grip.

Dubbing
Perekaman suara manusia secara sinkron dengan gambar film. Suaranya dimungkinkan berasal dari aktor yang sesungguhnya atau orang lain, baik dengan bahasa yang digunakan saat film diproduksi atau bahasa asing sebagai terjemahan. Dubbing biasanya diselesaikan denggan menggunakan film loops – bagian pendek dari sebuah gambar beserta dialognya dalam bentuk married print-. Aktor menggunakan gambar dan sound track playback sebagai panduan untuk mensinkronisasikan gerakan bibir dalam gambar dengan perekaman suara baru. Umumnya digunakan untuk memperbaiki perekaman asli yang buruk, performa artistik yang tidak dapat diterima atau kemungkinan kesalahan dalam dialognya. Juga digunakan untuk perekaman lagu dan versi bahasa lain setelah proses pemfilman.

Editor Film
Orang yang bertanggung jawab untuk mendapatkan seluruh potongan gambar dan mengaturnya ke dalam kesatuan yang koheren. Pada banyak kesempatan, seorang editor kreatif dapat menyelamatkan atau minimal meningkatkan versi akhir film.

Establishing Shot
Pengambilan jarak jauh, biasanya eksterior, yang menekankan keberadaan dari adegan (misalnya : letak geografi)

Footage
Unit pengukuran yang digunakan untuk film. Berarti juga stok gambar yang pernah direkam.

Frames per Second (fps)
Sebuah film 35 mm berputar dalam kamera dengan kecepatan normal menghasilkan 24 frame tiap detik sehingga bila lebih banyak frame yang diputar tiap detiknya, aksi dari subjek akan diperlambat ketika diproyeksikan dalam kecepatan normal. Bila lebih sedikit dari 24 frame yang diputar maka aksi tampak dipercepat bila diproyeksikan dengan kecepatan normal.

frog eyes
istilah untuk pergerakan kamera low angle secara ekstrim

Hand Held
Mengambil gambar dengan kamera ringan seperti Arriflex, Éclair, Beaulieu atau handycam, jenis yang dapat dioperasikan dengan tangan tanpa bantuan atau meletakkannya pada gear head dan tripod.

Jump Cut
Melakukan pemotongan dari suatu pengambilan gambar ke gambar lainnya pada sebuah film tanpa ada penyesuaian. Juga berarti berpindah dari long shot (pengambilan jarak jauh) ke close-up atau sebaliknya, tanpa ada perubahan pada sudut kamera.

Married Print
Gabungan antara track gambar dan suara setelah film selesai diedit. Istilah ini lebih digunakan untuk format film dan tidak dikenal dalam produksi dengan format video.

P. O. V.
Point of View (Sudut Pandang). Sudut kamera yang memperlihatkan apa yang dilihat oleh seseorang yang berada dalam film.

Reflector
Pemantul: sebentuk permukaan berlapis perak yang digunakan untuk merefleksikan / memantulkan cahaya. Untuk pengambilan film eksterior, pemantul sering digunakan untuk mengarahkan sinar matahari ke bagian dari adegan. Untuk pencahayaan interior, pemantul adalah bagian dari lampu studio yang digunakan untuk meningkatkan jumlah penerangan dari sebuah bola lampu.

Slow Motion
Mengekspose film lebih cepat dari standar 24 frame tiap detik sehingga ketika diproyeksikan dengan kecepatan normal maka aksi yang ada akan lebih lambat dari normal.

Sound Track
Pita kecil sepanjang film (pada pita seluloid) yang memuat suara dalam film. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya pada suara stereofonik atau untuk pendistribusian di luar negeri dengan mempertahankan musik dan efek asli namun dilakukan penyulihan suara untuk dialognya, maka menggunakan lebih dari satu pita.

Stock Footage
Materi siap pakai: mulai dari newsreels, dokumenter dan fitur film, yang dipandang berguna untuk film lainnya. Tujuan penggunaan stock footage dari perpustakaan mungkin untuk otentisitas historis dan / atau biaya yang lebih rendah.

Story Board
Sejumlah sketsa yang menggambarkan aksi di dalam film, atau bagian khusus film yang disusun teratur pada papan buletin dan dilengkapi dengan dialog yang sesuai waktunya atau deskripsi adegan. Story board digunakan untuk mempermudah dan mempermurah pengambilan gambar.

ini cuma sepersedikitnya istilah dalam film. TUNGGU KELANJUTANNYA !!

In:

Media Audio Visual: Sejarah dan Perkembangannya

Perkembangan Munculnya radio ternyata mengilhami terciptanya media yang lebih kompleks. Yaitu dengan menggabungkan gambar dan suara yang kemudian disebut film. Awalnya masih diputar di bioskop berupa film bisu hingga bersuara. Sampai akhirnya tercipta televisi, beserta alat-alat perekam (camera), pemutar (CD/VCD/DVD Player) dan penyimpannya (VHS/CD) dari film dan musik (gambar dan suara).

MEDIA AUDIO/RADIO
Sejarah dan Perkembangannya

Audio/Radio 1

Perkembangan Audio RadioTeknologi rekaman accuistic pertama dikembangkan pada tahun 1877 oleh Thomas Edison. Dia memproduksi suku cadang “phonogrph” yang memainkan kembali ritme lagu “Mary Had a Little Lamb” dari rotasi silinder. Tahun 1882 Emilie Berliner menciptakan gramophon, yang menggunakan flat-disk yang disebut “rekam” (record) termasuk silinder. Edison dan Berliner berlomba pada industri rekaman.

Guglielmo Marconi, seorang pemuda Italia penerima nobel, sukses mengkreasikan Wirelles telegraph menggunakan gelombang radio untuk menyampaikan pesan dalam sandi menggunakan ledakan panjang dan pendek pada gangguan radio. Teknik ini menggunakan praktis awal menggunakan radio, sebuah langkah utama dalam mengembangkan radio. Pada tahun 1890, Marconi mencoba mempromosikan untuk menggunakan telegrap untuk bisnis dan militer pada penduduk asli Italia, tetapi pemerintah negaranya tidak tertarik. Marconi lebih sukses di Inggris, di sini Marconi mendapat pengakuan pada tahun 1896 dan di US pada tahun 1904, bakat bisnisnya mendominasi pemakaian pertama radio telegraph untuk dua cara berkomunikasi di tempat Marconi bekerja. Jenis radio ini pertama digunakan untuk mengkordinasikan pelayaran samudra antara negara-negara. Dimana kawat telegraph betul-betul tidak sampai. Perusahaan Telegraph Marconi mendirikan stasion radio, untuk menerima dan mengirimkan kembali signal telegrap samudra dari pelayaran atau perkapalan. Perusahaannya juga menghasilkan dan mengoperasikan peralatan untuk mengirim dan menerima pesan radio telegrap. Tahun 1913, Marconi mendominasi radio di Eropa dan United State.

Perkembangan yang menerima kesuksesan radio dengan audiens berkembang pada radio FM pada tahun 1960. FM memiliki ketelitian rekaman suara yang tinggi, tetapi secara esensial hanya dalam pemancar radio. Rekaman FM dan 331/3 rpm dipindahkan ke dalam suara stereo (dua bagian mengkoordinasikan saluran musik pada tahun 1960. Lagu-lagu panjang dimainkan, dengan mulai mempengaruhi jenis-jenis lagu yang direkam. Tetapi pertengahan sampai akhir 1960 banyak kelompok-kelompok musik populer merekam lagu-lagu yang lebih panjang dari pada typikal single sepanjang 2-3 menit. Kadang-kadang lagu-lagu itu diselipkan pada rekaman 45 rpm, tetapi sebagian besar penggemar kelompok mulai membeli album yang berisikan lagu-lagu hits.

Hak cipta musik, syndicat talk show dan intellectual property lainnya menjadi topik utama baik radio maupun rekaman. Ketika artis-artis merekam musik yang ditulis oleh seseorang, baik untuk menjual langsung sebagai rekaman atau siaran radio, mereka mendapatkan ijin dan membayar royalti, biaya bagi penulis-penulis yang menggunakan intellectual property. Distribusi musik atas internet memunculkan kesulitan hak cipta dan masalah intellectual property. Sebenarnya rekaman digital yang sempurna ditransmisikan ke internet, tape-digital, disc or CD yang dapat merekam. Mencari solusi untuk mencegah peng-copan dan transmisi illegal, sementara memungkinkan menjual musik secara legal melalui internet. Aturan hak cipta memerlukan pembayaran hak cipta oleh artis, termasuk pemutaran rekaman pada radio. Dua kelompok lisensi musik dunia The American Sociaty of Composer, Author, anf Publisher (ASCAP) dan Broadcast Music Incorporated (BMI) sebagai perantara antara rekaman artis dan stasion-stasion radio. Stasion-stasion memperoleh lisensi musik yang didengarkan oleh kelompok lisensi musik dalam keuntungan biaya. Biasanya pendapatan stasion-stasion besar satu sampai dua persen. ASCAP atau BMI membayar hak cipta, menurut frekuensi lagu yang diputar.


TELEVISI/ VIDEO 2

TelevisiSaat radio tengah berkembang sebagai media penyiaran utama di akhir tahun 1920-an dan film-film tengah dicoba dengan diperbincangkan, beberapa orang mulai memikirkan tentang bagaimana radio dan gambar jika disatukan. Para pemirsa menyukai film-film bergambar sama seperti mereka menyukai radio pada tahun 1920-1940. Muncul ide untuk menggabungkan keduanya.
Pada tahun 1920 dan 1930 teknologi televisi berkembang tahap demi tahap. Dan pada dekade selanjutnya, siaran televisi diputar di seluruh dunia. Penyiaran pertama di Inggris tahun 1935. Di Amerika pertama kali menyiarkan pertandingan base ball Columbia melawan Yale tahun 1939.

TV Kabel
Akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980, industri film memulai meningkatkan keuntungan pada TV kabel dan sewaan videotape sebagai distribusi saluran baru. TV kabel sebagai sumber alternatif jaringan televisi, terutama untuk memperluas layanan oleh Home Box Office (HBO) tahun 1975. Saluran-saluran seperti HBO secara eksklusif banyak pada isi film yang akan datang. Satelit baru didasarkan Superstation kabel WGN dan WTASWOR, menggunakan film-film tua

VCRS
Videocassete recorders (VCRS) meluas di rumah-rumah orang Amerika pada tahun 1980. Menggunakan VCRS sangat cepat. Orang menggunakan VCRS untuk merekam dan memutar pertunjukkan-pertunjukkan favorit di televisi beberapa film yang disewakan dari toko-toko video.

Bisnis penyewaan video dimulai dengan toko-toko penyewaan kecil yang tidak bergantung pada apapun, yang membeli stok video dari distributor. Akhirnya dikonsolidasikan secara meyakinkan dengan beberapa supermarket dan toko-toko lain yang menyewakan video, dan dengan penyewaan video yang meluas, seperti Blockbuster dan Hollywood video, memberikan banyak peluang bisnis.

Umumnya, industri film mulai memproduksi yang difokuskan pada kedekatan audiens. Setelah “massa” audiens berpindah ke TV, film mempunyai tujuan pada kelompok yang lebih spesifik. Untuk distribusi pertunjukkan pertama film bioskop, kebanyakan target film-film itu ditinggalkan khusus pada audiens, yang berumur 18-25 tahun yang masih keluar untuk ke bioskop.

Tentu, sebagaimana kita ketahui, sejarah film itu tidak berakhir dengan George Lucas. Akhir tahun 1990, industri film ditransformasikan oleh teknologi baru dan kekuatan pasar. Home video memiliki tenaga penggerak dengan pajak dari toko yang menyewakan video dan penjualan langsung video (terkenal sebagai sell through) melebihi penerimaan box office dua ke satu. Penyewaan video yang besar meminta pergantian keuntungan dari pembuat film. Biaya memproduksi film-film utama, sebagai produser berlomba melakukan yang lainnya dengan pengaruh khusus computer, dengan perkembangan biaya yang besar diharapakan audiens besar pula. Film membuat studio utama mulai bereaksi terhadap aliran-aliran (ad. Pengetahuan tentang fiksi, aksi petualangan) yang dapat “diterjemahkan” antar budaya. Tetapi diluar itu studio-studio utama, itu merupakan kebangkitan kembali kebebasan pembuatan film, sebagai teknologi komputer biaya “small film” dan menawarkan prospek pembuatan film terlepas dari tekanan keuangan.

Umumnya audiens film tidak lama menonton di rumah. Film merupakan tontonan utama pada televisi, kabel, atau video. Rata-rata jumlah waktu yang digunakan menonton film pada video telah berkembang dalam dekade akhir ini. Lebih 4/5 orang Amerika memiliki VCR di rumah. Lebih 3/5 orang Amerika menyewa video tape. Orang dewasa muda, khususnya keluarga usia muda, yang menyewa film yang berperan jahat, dan video anak-anak yang aliran/gayanya sangat populer. Rata-rata ibu rumah tangga mengeluarkan lebih $170 pertahun untuk menyewa dan membeli video caset. Menonton film di teater sekarang disenangi orang yang berumur antara 15 sampai 24, 1/3 yang ke bioskop paling kurang sekali sebulan, dibandingkan 1/5 dari semua orang dewasa. Meskipun proporsi orang dewasa muda lebih kecil yang menghadiri bioskop pada tahun sebelumnya, jumlah orang dewasa muda berkembang sebagai seorang baby “sangat berkembang” hebat, sehingga pembuat film terus menerus dipengaruhi oleh audiens muda.


FILM/SINEMATOGRAFI 3

Di era film bisu (1903 sampai 1917), film cerita sejarah sangat berkembang. Film hitam putih yang dan masih bisu, tetapi ini tidak membatasi mereka berkreasi dan menghentikan untuk menceritakan sejarah. Justru membuat penonton mempergunakan imajinasi mereka. Musik di film dahulu ditampilkan oleh organist, yang bermain musik untuk mengarang lagu yang sesuai dengan komposisinya. Film-film sering meminjam atau alur cerita diadaptasikan dari novel.

Kebanyakan usaha-usaha awal pembuatan film membuat film cerita bergambar. Edison memikirkan bahwa orang-orang butuh gambar untuk mendengar rekaman suara. Asisten Edison yaitu Thomas Dickson mengadakan percobaan dengan film bersuara sebelum tahun 1895. Kebanyakan sistem sebelumnya menggantungkan player rekaman dikoordinasikan dengan film. Studio-studio tersebut pada awalnya enggan menginvestasikan ke dalam teknologi suara, sebagaimana film yang diproduksi di rumah-rumah. Studio kecil, Warner bersaudara, membuat komitmen untuk mengembangkan teknologi suara dan mendapat bantuan AT & TIS Western Eleectric Company. Mereka berhasil menciptakan film cerita pendek yang disebut The Vitaphone Preludes. Film-film “Utaphone” ke-4 mampu malampaui ketenaran “The Jazz Singer” pada tahun 1927.

Masa krisis aktor dan studio-studio digunakan untuk pembuatan film-film bisu yang ada ke dalam musik klasik Singing In The Rain (1952). Meskipun penonton merasa senang terhadap potensi-potensi baru film yang bersuara dan musik, beberapa artis belum terbiasa. Mereka merasa akting kurang mendapat penekanan. Saat kualitas vokal aktor mendapat kritikan. Tiba studio-studio terampil menggunakan pengaruh suara dan musik. Beberapa aktor dan aktris, seperti Suitney Greta Garbo, membuat transisi vokal.

Menurut survey, kebanyakan orang pergi ke Bioskop paling sedikit setiap minggu (sekali seminggu), kadang-kadang lebih. Setiap minggu mereka mendapatkan informasi dari warta berita, seperti berita-berita Fox’s Movietone News dan March of Time, yang menyediakan informasi tentang hiburan di dunia. Mereka menanti dari minggu ke minggu untuk menyaksikan apa yang akan terjadi pada Flash Gordon berikut atau serial pahlawan-pahlawan yang dimainkan sebelum film utama.

Kehadiran bioskop menghasilkan banyak uang, bioskop (gambar hidup) menjadi bisnis yang menguntungkan, depresi yang besar mematikan produser-produser kecil dan hampir 5000 bioskop teater. Secara aktual ketidakberuntungan memperkuat situasi ekonomi dan mengontrol beberapa studio besar, dan keputusan kebijakan produksi ada ditangan para eksekutif studio.

Tahun 1930, muncul pula organisasi studio yang agak bagus, munculnya 5 studio utama. Paramount, Locw’s / MGM, Warner Brother’s, Fox dan RKO. Studio-studio ini milik para eksekutif itu sendiri, mereka mendistribusikan pada bioskop teater, mengontrol produksi, distribusi dan pameran memungkinkan studio-studio yakin bahwa gambar hidup didistribusikan dan dimainkan secara luas, tetapi bentuk dikonstitusikan pada integrasi vertikal yang pada akhirnya menggambarkan perhatian bagi federal regulators concerned tentang kekuatan konsentrasi di studio-studio.

Hingga akhirnya sampai sekarang bermunculan film-film dengan genre yang beragam mulai drama, action, horor, komedi, dan yang lainnya. Selain itu muncul juga “trend-center” di bidang perfilm-an seperti Hollywood, Bollywood, Film eropa (inggris dan Perancis), Asia, dll. Masing-masing pusat memiliki gaya dan ciri masing-masing. Jika dahulu kita begantung hanya di bioskop jika ingin menikmati film dengan layar lebar, maka kini telah tercipta “home-teather” yang memungkinkan kita untuk dapat menikmatinya di rumah. Alat-alat canggih-pun telah ditemukan dan diciptakan guna mengakomodasi perkembangan media audio visual ini.

RENUNGAN 4

Dengan melihat betapa semakin beragam, canggih dan modern media audio visual maka kita yang berkiprah di dunia pembelajaran dan pendidikan tentunya tertarik dan tertantang ubtuk memanfaatkannya di bidang keilmuan kita. Pengetahuan keilmuan, keterampilan penggunaan media dan sedikit kebijakan dalam memanfaatan media tersebut akan membawa kita kepada lingkungan belajar yang kondusif dan tidak konvensional.
“Radio dan Televisi, masing-masing memiliki karakteristik media yang berbeda. Pemanfaatan keduanya secara tepat dapat menciptakan proses dan hasil belajar yang maksimal”


DAFTAR RUJUKAN
Mangunhardjana, A Mardija. 1976. Mengenal Film. Yogyakarta: Kanisius
Boggs, Joseph M. 1986. The Art of Watching Film.
Subroto, Darwanto Sastro. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Smaldino, Sharon E. ..(et al). 2005. Instructional Technology and Media for Learning (8th ed). New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall
Romli, Asep Syamsul M. 2004. Broadcast Journalism. Bandung: Nuansa.

In:

RATING PALSU AGB nielsen !!

ibaratnya sebuah hakim, rating adalah kata penentu kemenangan atau kekalahan dalam dunia pertelevisian di Indonesia. Hidup atau matinya sebuah program televisi sangat tergantung oleh angka rating yang bagus.Kalau sebuah program televisi mendapat rating yang tinggi, maka dapat diasumsikan akan ada banyak pendapatan dari iklan yang akan masuk ketelevisi tersebut. Namun sebaliknya bila rating sebuah program turun,televisi tersebut kehilangan pemasukan iklan

Dengan demikian rating adalah "TUHAN bagi para pekerja televisi". Mereka rela berjumpalitan kerja siang malam demi memperoleh angka rating tersebut. Di Indonesia , SATU- SATUNYA jasa penyedia ratingadalah AGB nielsen, perusahaan dari Amerika ini praktis menjadi tumpuan utama atau MONOPOLI bagi semua stasiun televisi , biro iklan dan semua produsen pemasang iklan.


Selama 14 tahun terakhir ini AGB Nielsen juga selalu berhasil menampik semua tudingan yang mempertanyakan keabsahan penelitiannya, maupun validitas data responden yang telah ditebarnya. Namun sebenarnya jaminan mutu internasional itu hanyalah lip servis semata.Kenyataannya sungguh jauh dari tampilan make up luarnya.



Pertama AGB Nielsen Indonesia tidak memiliki tenaga handal profesional yang direkrut dari luar negeri demi menjaga kerahasiaan sistem mereka, seperti yang selalu diklaimnya. AGB Nielsen Indonesia yang sekarang banyak ditangani oleh para pekerja Indonesia , yangsebagian besar dari mereka adalah fresh graduated ( sebagian besaradalah lulusan statistik dan matematika ). Sehingga kerahasiaansistem mereka sebenarnya tidak benar- benar seperti benda suci yang selalu mereka jaga kerahasiaannya. Mereka banyak merekrut tenaga dari dalam negeri dengan anggapan bahwa tenaga dari Indonesia adalahjauh lebih murah dibanding mempekerjakan tenaga dari negara merekayang sudah berpengalaman. Bahkan Hampir setengah dari tenagalapangan AGB Nielsen adalah para mahasiswa yang belum lulus denganhitungan tenaga magang. Sehingga dengan tujuan efisiensi pada sumberdaya manusia , mereka dapat lebih banyak mendapat keuntungan.

Yang Kedua dengan banyak merekrut tenaga kerja baru lulus kuliah danmahasiswa magang, AGB Nielsen banyak memberikan toleransi kesalahandata. Terutama data- data yang ada di lapangan. Sering sekali sayaalami penyimpangan data terjadi hanya karena keteledoran SDM semata-mata.

Yang Ketiga Untuk pemilihan demografis responden rating televisicenderung dilakukan dengan asal-asalan. Dan tidak diusahakan pemerataan pada sebaran datanya Misalnya , untuk mengetahui berapa kecendrungan pemirsa untuk tayangan televisi A, mesti diambil jumlah responden yang seimbang misalnya untuk kelas ekonomi atas 33,3%,kelas ekonomi menengah 33,3 %, untuk kelas ekonomi bawah 33,3%,sehingga total 100%. Sehingga angka rating yg didapat adalah lebih obyektif. Namun pada prakteknya , AC Nielsen Indonesia banyak mengambil data responden sebagian besar dari kelas ekonomi rendah.Profil mereka sebagian besar adalah : ekonomi kelas rendah,berpendidikan rendah, tidak mempunyai pekerjaan, bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pedagang kaki lima, karyawan toko, buruh pabrik, dan lain- lain. Hal ini menjelaskan mengapa sebagian besar tayangan televisi nasional yang memiliki rating tinggi justru yangmemiliki cita rasa rendah dan apresiasi seni yang rendah. Sepertimusik dangdut, tayangan gosip artis, tayangan mistik, film- film hantu, dan sinetron-sinetron gak jelas.Tayangan-tayangan televisi yang justru bersifat mendidik dan mencerdaskan selalu mendapat nilai rating yang rendah dari AGB Nielsen. Kebijakan ini diambil AGB Nielsen karena ia tidak mau membayar uang imbalan untuk respondennya. Sehingga responden yang diambil adalah kebanyakan dari kaum ekonomi bawah agar bisa dibayar murah.

Yang Keempat Untuk pemilihan responden secara geografis juga dilakukan dengan tidak merata. Sebaran data yang diambilnya tidak pernah dilakukan dengan distribusi yang sama rata secara nasional,melainkan sekitar lebih dari 60% datanya hanya terkumpul dari Jakarta saja.

Yang Kelima sebagai imbalan ( honor ), responden rating hanya mendapat souvernir senilai Rp 20,000 s/d Rp 50,000,- saja perbulannya. Sehingga responden cenderung ogah- ogahan untuk menjaga integritasnya.

Yang Keenam Idealnya sebuah keluarga atau sebuah rumah yang menjadi responden televisi menjadi reponden selama 6 bulan saja atau maksimalselama 1 tahun. Setelah itu AGB Nielsen harus mencari responden baru.Secara statistik hal itu perlu dilakukan demi menjaga obyektifitas data. Agar secara psikologis , mood responden tidak mempengaruhi data selanjutnya. Namun pada kenyataannya, seorang responden kebanyakan bisa menjadi responden selama 7 TAHUN LEBIH. Untuk hal ini adalah murni dikarenakan kemalasan dari manajemen AGB Nielsen untuk melakukan pemeriksaan ke lapangan.

Yang Ketujuh para responden rating AGB Nielsen sama sekali tidak mempunyai integritas. Dengan demikian , beberapa oknum televisibeserta oknum AGB Nielsen dapat memberikan "pesanan" kepada ratusanresponden sekaligus agar "memanteng " program televisi tertentu,agar hitungan rating program tersebut menjadi tinggi. Biasanya jumlah yang diajak adalah sekitar 100 s/d 700 orang dari total 3,500 responden. dengan 700 orang berarti program tersebut diharapkansudah memegang rating 1/5 dari total rating. Biasanya tiap satu kali"memanteng" ( demikian sebutannya ) tiap responden meminta bayaranRp 100,000,-. Sehingga dengan 700 orang x Rp 100,000,-, oknum pihak televisi tersebut hanya mengeluarkan uang Rp 70,000,000 sajaper satu kali "manteng". Dengan begitu angka rating dapat dimanipulasi dengan mengeluarkan biaya yang relatif murah sebenarnyabagi para stasiun televisi.



Demikianlah sebersit informasi sekitar rating. Karena memang sebagai karyawan yang sudah bekerja 6 tahun disana ( AGB Nielsen ) , sudah banyak orang yang bertanya- tanya bagaimana cara rating itu bekerja, atau adakah penyimpangandidalamnya ? Dan juga karena termotivasi melihat begitu banyaknyapara pekerja televisi yang sangat gigih dalam pekerjaan mereka, yang padahal selama ini para pekerja televisi tersebut tidak mengejarapapun melainkan hanya RATING PALSU !!!

Beginilah melihat jahatnya skandal dan penipuan yang dilakukan orang- orang didalam AGB Nielsen. Secara organisasi itu sendiri sebenarnya ia cukup baik sebagai barometer dunia pertelevisian kita agar semakin maju dan menghasilkan tayangan-tayangan yang berkualitas. Bagi ANDA yang sudah menerima pesan ini,tolonglah disebarkan terutama apabila anda mempunya teman, saudara,keluarga ataupun rekan kerja yang bekerja di televisi, biro iklan,dan media lainnya agar mereka tahu kebenaran dari apa yang merekausahakan selama ini !!!

WASPADALAH.. !!!

"Semoga Informasi ini dapat Bermanfaat".

dikutip : www.lautanindonesia.com

In:

Jenis-jenis film

FILM DOCUMENTER


Film Dokumenter (Documentary Film)Dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan.


FILM PENDEK

Film Cerita Pendek (Short Film)Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.Film Cerita Panjang (Feature – Length Film)Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umunya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.


IKLAN TELEVISI

Iklan Televisi (TV Commercial) Film ini diproduksi untuk Kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan ‘secara eksplisit’, artinya ada stimulus audio-visual yang jelas tentang suatu produk tersebut. Sedangkan iklan produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan produk secara implisit.


PROGAM TELEVISI

Program Televisi (T V Programme)Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. Jenis cerita ini terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi dan kelompok non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film televisi/FTV (popular lewat saluran televisi SCTV) dan film pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, TV quiz, talkshow dan liputan/ berita.


VIDEO KLIP

Video Klip (Music Video) Sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industry tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core business) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya. (Heru Effendy, Membuat Fim itu Gampang)

Artikel ini dikutip dari: Yoki Yosanto.com